Kamis, 21 Desember 2017

Diskusi dengan Mbak – Mbak Diaspora (KEPALA bukan AURAT dalam Islam?)

Kehidupan spiritual mereka pasti berat.
Menikah dengan warga Negara asing yang baru saja besyahadat di hari Ijab Qobul, tinggal dinegara yang mungkin masjid cuma ada di ibu kotanya atau mungkin tidak sama sekali.  Tentu saja bertahun – tahun tinggal dilingkungan yang sama sekali asing bagi fitrah spiritual mereka.  Berat pastinya.  Satu – satunya cara untuk menambah wawasan agama (itupun bagi yang merasa butuh), hanyalah google.

Belajar dari google seperti ‘berlatih bermain pedang dengan MUSUH’ sangat tipis antara menambah wawasan dengan nyasar pada pemahaman yang salah, ditambah dengan tidak adanya guru pembimbing dan teman diskusi yang bisa meluruskan.  Pada akhirnya, sebagian dari mereka yang memang cerdas dan berpendidikan merasa benar dengan apa yang mereka pahami.  Ini adalah level tersulit untuk bisa dimasuki selain dengan diskusi super sabar.  Karena orang yang merasa benar dengan pemahaman yang salah adalah orang yang tersulit untuk ‘didekati’.

Jadi diskusi gw dengan mbak – mbak diaspora ini, sore ini adalah tentang batasan AURAT WANITA.  Berawal dari analogi permen ( orang pasti memilih permen yang terbungkus disbanding permen terbuka yang bisa saja dirubungi lalat).  Mereka meolak keras disetarakan dengan PERMEN terbuka.    Sebenarnya  gw juga ga suka analogi wanita bethijab dengan yang tidak itu dengan sebuah permen.  Toh permen yang terbungkus juga harganya cuma seribu perak, hehhe

Rabu, 08 November 2017

Menggugat Allah


Gw pernah menggugat keputusan Allah.  Ga terima dengan pencapaian yang tak sebanding dengan apa yang telah gw relakan tercabut dari kehidupan yang harusnya bisa lebih tampak indah.  Allah tidak adil.  Begitu.

Lalu datang teman-teman yang manis mengatakan

“istiqfar”

Yang lain mengatakan “Allah tidak akan menguji hamba Nya yang tak sanggup”

Lalu yang lain mengatakan “ukhti pasti sanggup melewatinya, semua ini hanya ujian kenaikan kelas,  Allah uji ukhti karena Dia menyayangi ukhti”

Lalu yang paling ‘senior’mengatakan

“Meragukan kasih sayang Allah dengan menggugat Nya adalah tanda lemahnya iman”

Dan kata-kata yang paling senior itu pula yang melesatkan kejengkelan gw sampai level  terhebat.

“apa?”

“kalian bilang tanda lemahnya iman, macam kalian punya orang dalam aja disurga dengan beraninya mengatakan gw lemah iman dan itu artinya kalian sedang bilang bahwa iman kalian seperkasa bukit Uhud”

“percaya diri sekali kalian, lihat diluar sana.  Metamerfosa iman itu tidak ada rumusnya. Ga ada yang jamin lu bisa suci begini terus.  Itupun kalau lu nya emang suci dimata Allah”

“yang gw butuhkan adalah solusi dari masalah gw, bukan diceramahi macam gw ini generasi Firáun aja”



Sekalipun semua kata-kata itu menyalak-nyalak dikerongkongan.  Beruntung gw masih bisa tahan, demi menghindari debat.  Sesungguhnya gw ini ga suka debat dan sering nelan semprotan orang lain sampai asam lambung naik lalu dirawat karena tifus.



Lalu, gw say good bye untuk sementara dengan barisan manusia yang seolah punya orang dalam disurga itu.  Karena tidak mencintai permusuhan, maka gw melenggang pergi.



***

Dari zaman membeli majala Tarbawi hasil berbagi dengan uang jajan yang jumlahnya tak seberapa, sampai majalah Tarbawi ga terbit lagi, satu halaman yang gw paforitkan adalah serial kepahlahwanan yang ada dihalaman paling belakang.

Dan sekarang, gw masih menyimpan edisi terbitan dari tahun 2000.  Membuka-buka salah satu dari sekian tumpukan majalah tua itu.  Satu-satunya majala yang gw suka bahasanya dan selalu menunggu untuk terbit.

Judulnya

DAYA TARIK YANG MENGUNDANG MUSIBAH

Minggu, 05 November 2017

Mengakui Pernah Galau

Iya, gw terlahir sudah pecicilan dan usil. Konon katanya ,amma gw kelimpungan dengan kepecicilan-an gw ini. Sedangkan ke usilan beralamat keorang-orang terdekat terutama seperempat kodi adek-adek gw yang biasanya terima aja diusilin.

Well, ngomong-ngomog tentang galau, sebelum dua tahun terakhir ini hampir ga ada yang tau mungkin kalau gw perrnah galau. Kecuali orang-orang terdekat tadi #lagian ngapain juga galau diumbar. Jadi galaunya dua tahun terakhir itu udah ga ketutupan sama yang namanya pecicilan dan usil.

Balik lagi dulu aja ya, soal pecicilan, biasanya sehari dirumah tanpa kegiatan yang jelas adalah sebuah hukuman berat buat gw. Jadi pengennya itu ya kelayaban sehat mulu. Sok iya. #satu lagi alasann ga pernah diterima kerja kantoran #nasib.

Kamis, 06 Juli 2017

Rumah Sungai Hijau gw, SOLD

Alhamdulillah

Yeay!
Diusilin taqdir itu rasanya asam, asin, pedes, MANIS. Tetep diakhir rasanya manis kok.

My Day. 14 Juni 2017, 19 Ramadhan 1438 H, Ms Aisyah resmi jadi perempuan katro, kampungan dan ga kekinian. Gimana engga, mulai tanggal itu gw ga lagi cewek pemegang CC (credit card alias kartu HUTANG) berlimit seharga mobil Ayla ter up date secara resmi, ga lagi punya cicilan (kata nya sih, tak punya cicilan lambang kemiskinan), entahlah. Dan inshaAllah bebas RIBA secara permanen (bagial ini sensitif, bukan buat Riya tapi pure gw share apa yang menjadi bagian perjalanan seorang anak manusia yang selemah gw ini. Itu aja). Sekaligus gw homeless, hahahahaha

Kamis, 13 April 2017

Dijual Rumah Beserta Hati Pemiliknya

Setelah bebas dari segala tagihan riba. Alhamdulillah. Gw merasa hidup gw akan tenang dan berbunga-bunga. Seperti daisy dipagi hari. Beban berton-ton dikepala gw yang menggantung beberapa tahun dan tentunya penuh dosa telah pergi, InshaAllah untuk selamanya. Rumah gw yang masih dalam anggunan ke bank dan cekikan cicilan kartu kredit lenyap seketika. Begitu kesepakatan tanda jadi penjualan rumah ditandatangani, maka gw berseru.

Alhamdulillah

Finally!!!

Gw pulang kerumah dengan tenang namun sedikit perasaan dingin. Bahwa rumah yang gw buka pintunya sekarang bukan milik gw lagi. Milik sipembeli yang beberapa puluh menit lalu saling berdiskusi untuk kesepahaman pembayaran. Finish ya, beban itu hilang.

Kamis, 16 Maret 2017

Hari ini gw Rindu Kakek

Gw ketemu kakek cuma sebentar, yang gw ingat dari beliau adalah pemilik 3 lembar baju tetoron kasar yang beliau jahit sendiri. Katun kasar itu dua helai berwarnah hitam dan satunya berwarna putih. Padahal beliau hitungan orang paling kaya dikampung kala itu. Pemilik tanah paling luas dan rumah paling besar, semasa mudanya (saat mobil hanya dimiliki pemerinta kolonial), beliau punya banyak sekali pedati, setara mobil untuk masyarakat kelas tiga (kelas satu adalah bangsa kulit putih, kelas dua orang2 cina dan kelas tiga warga pribumi).
Beliau selalu sholat diawal waktu dan rajin sekali sholat sunah, tekun bekerja bahkan sampai H-3 kematian biau. Puasa sunah beliau senen kamis dan beliau menyayangi semua cucu-cucunya tanpa kecuali.

Sabtu, 11 Februari 2017

Menembus Ring 1 Menuju Istiqlal (catatan Aksi 112)

Masih ingat dua gadis yang gw 'sandera' untuk ikut aksi 112 kemaren. Ternyata mereka dan gw beda tipe. Maka perjanjian jalan fix jam 5:00 dilonggarkan jadi 6:30 dan faktanya kita jalan 7:30 dari rumah. Klise, hari hujan. Tapi okelah, gw kan bukan orator diaksi 112. trus Ga mau ke stasiun pake motor, becek. Akhirnya kita nge-UBER

Berangkat, nyampe Tanahabang jam 8:15, gw ajak nge-gojek menuju istiqlal. Eh, hujan. Kalo nge-UBER lagi pasti mobil sudah ga bakal bisa sampai Istiqlal. Well, naik angkot ke RRI, trus jalan menuju Masjid Istiqlal. Karena memang tidak punya pilihan lain.
Nah, disinilah cerita menembus RING 1 dimulai.

Jumat, 10 Februari 2017

Berhasil Menyandera Dua Gadis

Yippe!!!!

Fix, besok gw sama dua akhwat yang awalnya ragu-ragu gitu buat ikut aksi 112, berangkat. Mayan, dapat tambahan massa dua orang.
Biarlah para kapolda itu macam para kasim (laki2 yang udah dipotong kelamin) naik syahwat. Merepet mau penjarakan ulama, periksa para kiai atau kriminalkan pejuang agama. Takdir Allah ga akan tertukar. Kalo emang taqdir nya kita akan mendekam dipenjara ya dipenjara aja. Mungkin bukan kasus video bawa bendera tauhid, tapi video mesum. Mungkin bukan kasus disertasi membahas pancasila tapi kasus papa minta saham atau papa minta kawin. Semua sudah ditentukan alur nya.
Jadi besok kamu, kamu dan kamu. Ikut aksi 112 ya....
Jangan lupa, perjuangan ini kudu totalitas, tidak hanya ramein aksi tapi ramein juga permintaan kepada Nya. Agar bahu kita kuat memperjuangkan deen ini, sehingga kita ga jadi generasi yang TERTUKAR, lalu ditukar Allah sama generasi yang pundaknya lebih kokoh untuk agama ini.
See you my gils!

Sepintas Nonton RTv

Sambil lewat tadi gw lihat ultimatum kapolda jabar untuk Habib Rizieq. Katanya
"Kalau sampai malam ini max jam 00:00 dia masih tidak datang untuk diperiksa, maka KAMI akan jemput paksa"
Ekspresi kapolda ini kayak ISTRI yang baru nemuin BUKTI VALID suami SELINGKUH . Sadis, penuh dendam, amarah dan sekaligus tertekan.
Astagfirullah, mari kita istigfar bersama. Dan mari kita ingat-ingat. Bagaimana dulu mujahid dan syuhadah kita merebut kemerdekaan dari agresor BELANDA. Setelah 350 tahun tho kita bisa. Dan penjajahan Komunis ini belum se kristal itu. InshaAllah kita bisa.
Dulu tuanku Imam Bonjol, Pangeran diPonegoro, Sultan Hasanuddin dan sebutkanlah para mujahid besar bangsa ini. Mereka juga dibunuh, dibuang, dipenjara. Surutkah perjuangan itu?
Kalau mau menapak tilas bagaimana derita Pangeran diponegoro dalam penjara, sesekali kawan berkunjunglah ke museum Fatahillah, kota Tua Jakarta. Lihat ruang bawa tanah dibangunan itu. Disitulah penjara masa lalu. Masih ada marbel2 beton dan rantai yang melekat kekaki beliau berserakan disana. Kini.

Kamis, 09 Februari 2017

Mabok Kopi (Emang Bisa)?

Seumur-umur gw minum kopi pertama kali kayanya di Waerebo, Flores. Sebagai penghormatan ke tuan rumah yang menyuguhkan kopi Flores yang konon katanya masuk kategori kopi teryahut di Indonesia. Kopi disuguhkan dalam gelas porselin putih dengan piring tadahan senada, disamping gelas terletak sendok kecil yang terlihat tidak murahan, kopinya hitam pekat tanpa gula. Gulanya disuguhkan dalam toples kaca imut dan manis.
Asli, pertama kali nyentuh gelas kopi hitam itu gw deg-degan. First experience dude!
Gw ga ngerti tuh gula dan kopi yang dipisah, setau gw waktu amma bikinin kopi buat appa zaman kecil dulu itu ya gula dan kopi dah diseduhin bersamaan. Begitu terhidang yang tinggal seruput. Jadi gw ciduk tuh seujung sendok kecil kopinya, langsung. Astaga, PAIT. Lebih pait dari masa lalu. Dan gw muntah.

Senin, 30 Januari 2017

Kekuatan Cinta

Walaupun amma punya banyak anak, tapi nyaris semua kami tertidur dengan didongengkan. Beliau tetap sempat mendongeng walau kadang sembari menuyusui adik bayi kami. Begitu gw dewasa tak satupun dari dongeng-dongeng amma gw temukan dalam referensi parenting (ehm, ketinggian ya kalo gw bahas parenting) atau pun buku-buku dongeng. Jadi seluruh dongeng-dongeng amma yang mengantarkan gw dan adik-adik kealam tidur itu adalah karangan amma sendiri.

Tentang seorang gadis yang menikah dengan ular, eh tau-taunya seorang pangeran. Karena iri, si tetangga pun mencarikan seekor ular besar di hutan dan menikahkan anak gadisnya dengan ular raksasa itu, tapi keesokannya sigadis sudah berada dalam perut ular tersebut. Mirip-mirip cerita cinderala ya, tapi diadopsi kealam dan ini menjadi dongeng favorit gw sampai ABG (maklumlah anak perempuan kan memang suka sama yang romantis-romantis. Ops!). Ada juga dongeng seorang saudagar yang punya empat istri, dan ternyata tiga dari empat istrinya adalah pemburu harta. Hanya istri pertamanya aja yang benar-benar baik, tuh makanya jaga betul-betul istri pertamnya ya om! Dan satu-satunya the real story of her life yang gw ingat sampe sekarang adalah kekuatan cinta nenek pada kakek.

Kamis, 19 Januari 2017

Kinestetik

Kinestetik ceu nah!

Dunia psikologi itu bikin gw mumet, masa dari lekuk ikal rambut, bentuk tulang hidung, lancip sudut mata mereka bisa nentuin karakter secara umum.  Damn! It true.  Trus gw di cap kinestetik gegara goncrang - gancreng pas gendong bayi nya si embak ustadzah, yang kebetulan konselor.

Pernah baca-baca buku psikologi hanya saat jadi trainer beberapa belas tahun lalu aja, trus rem mendadak ditengah jalan dan ga balik-balik lagi ke dunia per-training-an itu.  Saat itu simulasi terkeceh yg pernah gw lakukan adalah klasifikasi peserta berdasarkan golongan darah,  materinya ya psikolog yang bikin tentunya.

E, balik lagi ke kinestetik.  Pantesan gw dulu di cap anak LASAK.  Usia 9 bulan udah lari-larian, sementara menurut penuturan amma, Melva anak tetangga yang seumuran gw masih anteng2 wae duduk dimeja.

Beranjak kemasa kanak-kanak, gw paling jago lari disekolah dan baling BANDIT kalo main kelereng ߘܬ ah udahlah.  Ini ga ada hubungannya sih.

Tapi intinya, anak kinestetik itu agak banyak dosa dan harus extra berbakti sama orang tua, terutama ibu.  Kebayang kan, punya anak ga bisa diam, dari bangun sampai tidur lagi maunya bergerak mulu, paling suka mempraktekkan hal-hal baru dan perlu banyak kelinci percobaan (beruntung nya gw punya banyak adik, jadi kelinci percobaannya ready stockߘܩ, sorry brow sest....

Nah dengam tipe anak begitu yang paling sering keram perut pasti emaknya.  Secara ga ada yang bisa aman dari geraknya (bukan hiperaktif lho yah).

Jadi kalo elo kinestetik, cepat-cepat lah tobat dan minta maaf sungguh2 ke emak lo pada.  Mungkin karena kelakuan masa kecil lo, siemak perna merana.

E tapi, jika anak-anak lo sekarang yang kinestetik, perhatiin dia baik-baik yes!  Yakin deh, besok gede dia pasti KECEH, hehehe....

Rabu, 11 Januari 2017

STATUS AWAS JOMBLO INDONESIA

Bahasan sekumpulan jomblo hight quality malam ini.
Ternyata ada keluhan kecil, susahnya mencari gandengan buat kondangan.  Bagi jomblo konvensional ini bisa berarti pacar atau suami / istri sedangkan jomblo syariah akan mengarikan gandengan ini sebagai suami / istri.

Minggu, 08 Januari 2017

KSATRIA BONYOK


Nama ayah atau ibu ditulisin dijalan raya sepulang sekolah oleh teman zaman SD itu artinya ejekan atau ngajak berantem. Gw ngalamin fase ini. Kalau kalian ngalamin juga, berarti kita sejaman masa kanak-kanaknya. Biasanya setelah ditulis dijalan raya, nama-nama itu akan diinjak sambil meloncat-loncat dan meneriakkan nama yang ditulis. Tak jarang juga hal-hal seperti ini memantik perkelahian dan saling jambak antar emak-emak. Seperti episode lanjutan dari perkelahian anak-anak mereka sepulang sekolah.

Dan sebagai ketua geng PUNCAK di SD negeri 36 Limau Sundai, gw tidak hanya merasa di bully kalau nama amma dan appa gw yang ditulisin dijalan, tapi juga nama orang tua dari anak-anak yang tergabung kedalam geng gw. Geng anak-anak yang butuh perlindungan. Karena kami adalah group anak-anak yang paling jauh tempat tinggalnya dari sekolah. Sekitar 9 km. Sedangkan anak-anak lain adalah penduduk sekitar SD itu saja. Kami memilih sekolalah sejauh ini bukan tanpa alasan, karena SD 36 Limau Sundai adalah SD Impres terunggul zaman itu. Dan orang tua kami menginginkan kami bersekolah ditempat terbaik, walau kenyataannya ada hal yang luput diperhatikan. Bahwa kami menjadi bulan-bulanan anak-anak sekitar karena kemungkinan kami mendapat pembelaan dari orang tua sangatlah tipis. Untuk bisa bertahan dan merasa aman, maka kekompakan adalah senjata utama yang bisa kami andalkan selain bersabar.

Orang paling usil se SD itu bernama Rudi, Andi dan Gustian. Karena Rudi dan Andi pulang kearah berlawanan, maka teman terusil yang sangat senang mengusili kami dengan menuliskan nama orang tua kami dijalanan adalah Gustian. Sehingga frekuensi berantem gw zaman SD yang paling sering sama Gustian ini. Padahal kalau difikir-fikir sekarang kenapa juga harus marah dengan nama orang tua kita yang ditulis dijalan. Tapi saat itu, tidak ada rasanya yang lebih hina saat nama orang tua kita ditulis dijalanan, trus teman yang menulis jingkrak-jingkrak cekikikan sedangkan kita diam tertunduk. Mungkin rasanya seperti melihat copet dimetromini lagi beraksi tapi kita hanya bisa diam. Jika tidak melakukan pembelaan, maka kami akan merasa bersalah telah durhaka kepada para orang tua kami.

Maka rutinitas pulang sekolah gw adalah berantem sama Gustian dan menenagkan para raknyat kerajaan PUNCAK yang gw pimpin jika menangis melihat nama ayah-ibunya tertulis dijalanan sambil diinjak-injak dan meloncat-loncat diatasnya.

Sedikit tentang Gustian :
Gustian tinggal bersama nenek yang sayang banget sama dia, ayah dan ibunya konon bekerja diluar kota dan dia akan lebih badung kalau neneknya datang untuk menjemput kesekolah. Dibawah proteksi neneknya yang berpenampilan menakutkan bagi kami, Gustian tumbuh menjadi lawan yang kami tak sanggup melawannya. Paling banter hanya adu mulut. Itulah yang gw lakukan setiap hari.

Suatu hari saat dikelas IV, kesabaran gw sudah habis. Harus berantem terus dengan orang yang sama dan alasan yang sama pula. Strategi diatur. Gw dan geng (anak-anak yang butuh perlindungan sebenarnya), mengatur langkah-langkah membekuk Gustian. Sala satu strategi adalah bertindak saat pengawalan neneknya tidak ada. Alias si nenek tidak datang menjemputnya, dan biasanya itu hari jumat. Kita akan eksekusi si jahil ini sampai bertekuk lutut dan kapok, seperti biasa setting tempatnya adalah jalan sepanjang SD – Simpang Masjid. Jalan antara SD 36 Limau Sundai dengan pertigaan menuju rumah Gustian. Tempat kami geng Puncak menarik nafas lega, karena sudah berpisah dari cucu manja dan jahil ini.

Semua berjalan sesuai rencana, dan Gustian tetap berulah menuliskan nama ayah dan ibu salah seorang dari personil kami.

Strateginya adalah akan ada sekelompok anak yang harus berjalan lebih dulu, begitu keluar kelas langsung lari dan membuat markas dipertengahan jarak SD – Simpang Masjid. Sedangkan gw dan beberapa anak lain berjalan lebih belakangan. Sehingga posisi Gustian and the Geng berada didalam pengawasan kami.

Bagitu dia selesai membuat nama ayah dari salah seorang diantara kami, gw langsung mengejar dia sekuat tenaga, kaget dikejar dadakan oleh beberapa orang dia pun lari tunggang-langgang. Dan dipertengahan jarak SD – Simpang Masjid sudah menunggu anggota geng Puncak siap dengan posisi menghadang. Melihat semua personil geng Puncak tiba-tiba begitu berani, maka semua geng Gustian pun mencoba lari berpencar kocar kacir kearah tak menentu. Sedangkan geng Puncak sudah terinstruksi bahwa sasaran utama kami adalah gustian dan kalau bisa tidak ada korban selain dia.

Begitu Gustian tertangkap pasukan penghadang, gw dan beberapa teman lain pun tiba. Sangat tidak etisnya semua pasukan gw mundur teratur, menyisakan gw dan Gustian face to face. Melihat kejadian itu gw bergidik. Anak perempuan kurus macam gw harus berhadapan satu lawan satu sama anak laki-laki bongsor macam Gustian. Oh God.

Kabur?
Gw sempat mempertimbangkan kata itu ditambah pula kecewa pada pasukan gw yang ternyata keberaniannya tak segagah saat briefing terakhir. Tapi itu artinya nyari gara-gara dan derita untuk kedepannya. Berhubung Gustian didepan gw juga terlihat habis kegarangannya dan tampak melempem seperti akan pari kena jaring, maka keberanian gw menjalar naik, seketika gw merasa jagoan. Merasa seorang pahlawati dari negeri jauh bernama Puncak dengan segala pernak-pernik siap tempur, baju zirah, tameng, pedang dan busur panah. Gustian yang tambun jadi begitu kecil didepan gw.

Andaikata sebaliknya, jika dia tetap segarang biasa, mata dibuat melotot dan tinju dari tangan tambunnya teracung, mungkin gw akan bersandiwara pura pura terjatuh dan pingsan saja. Agar dia kabur dan berteriak kegirangan, telah membuat benteng terakhir geng puncak jatuh pingsan. Tapi melihat dia ciut maka gw jadi merasa punya peluang. Eh tiba-tiba Gustian ini menangis memanggil neneknya sekuat suara. Membuat semua geng gw tertawa terpingkal-pingkal. Ops, dia juga masih sempat memaki gw dengan menyebut nama appa.

Ternyata keberaniannya hilang dibawa kabur oleh anggota gengnya yang sudah berlarian dipematang sawa dan sebagian berbalik menonton apa gerangan yang akan terjadi pada Gustian dari Jauh. Dia menangis menjerit-jerit tapi tetap merapalkan nama ayah dan ibu kami. Sepertinya dia punya waktu khusus untuk menghafal nama-nama itu. Lihat saja, dalam kondisi tertekan luar biasa seperti ini, dari sela-sela jeritannya tetap memekikkan nama orang tua anggota geng Puncak. Tidak ada ampun lagi, dengan kondisi terkepung aja dia masih merapal nama-nama suci yang membuat harga diri kami tercabik-cabik. Tidak bisa diampuni.

Pertarungan dimulai, gw mendorong Gustian sampai terjungkang ke jalan, merebut tas nya lalu melempar ke sawah (zaman itu masih ada sawah dipinggir jalan SD – Simpang Masjid). Saat Gustian mencoba berdiri gw dorong lagi, dorongan kali ini kearah sawah. Dia menggelinding dari pematang sawah yang sekitar 40cm lebih rendah dari jalan, lalu terjungkal kesawah yang siap untuk ditanamin padi. Itu berarti lumpur sawahnya sudah lembut dan basah. Sehingga seluruh badan Gustian penuh lumpur kecuali yang dialiri air mata, darah dari pojok bibirnya dan ingus. Melihat bibir Gustian berdarah, gw jadi merinding.

lariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii”
Dan anggota geng puncak lari berhamburan meninggalkan Gustian yang meraung-raung dari dalam sawah. Tidak satupun dari kami yang mencoba melihat kisah apa yang terjadi dibelakang sana.

Kejam?

Ah itu kan kenakalan masa kanak-kanak.

Lalu esok paginya sebelum bel, gw menggigil ketakutan di cercah nenek Gustain didepan kelas. Sinenek yang menakutkan itu datang lebih pagi sebelum guru-guru pada datang. Agar punya cukup waktu untuk membalaskan dendam cucu kesayangannya yang kami habisi kemaren siang. Gw merapal surat Al-Baqara ayat 18
shumum bukmum 'umyun fahum layarjiun”
artinya : Mereka Tuli, Bisu dan Buta sehingga mereka tidak dapat kembali

Kata nenek gw, jika ada anjing galak, orang jahat, orang gila, atau binatang buas yang menjahati kita atau mengejar kita, maka bacakan ayat ini setelah surat Al-Fatiha. InshaAllah akan datang pertolongan Allah.

Nah, yang gw harapkan saat itu benar-benar seperti apa arti dari ayat ini, gw berharap nenek Gustian Tuli, Bisu dan buta seketika. Agar gw bisa menelan ludah dan menarik nafas yang rasanya telah beberapa menit terhenti oleh gelegar raungan si nenek.

Disisi lain gw berharap bel segera berbunyi dan guru masuk menyuruh nenek Gustian yang nyaris melahap gw ini meninggalkan kelas. Gustiannya sendiri ga masuk sekolah, meriang kata neneknya. Dan ketakutan gw bertambah, bahaya kalau dia sampai kenapa-napa. Gw dan geng bisa dilumat jadi terasi.

Endingnya gw disidang diruang guru dan selanjutnya tidak ada lagi aksi tulis nama orang tua dijalan sepanjang SD – Simpang Masjid. Gustian kapok selamanya.

Aisyah

7 Januari di Tangerang

Rabu, 04 Januari 2017

Peran Pemuda Dalam Menyongsong Titik Balik Peradaban

Bagian II
(Pemuda Islam dalam Intaian Musuh Kolektif)

Sebelumnya kita membahas krisis percaya diri dalam tubuh pemuda Islam. Krisis percaya diri ini tidak serta merta ada da berkembang tanpa campur tangan sebuah agenda raksasa yang mendunia. Namun sayangnya ummat Islam yang telah berhasil dikotak-kotakkan kedalam nasionalisme geografis ketimbang kesatuan aqidah dan cendrung terkecoh serta memandang agenda raksasa ini secara terpisah satu sama lain.
Dalam sebuah diskusi, seorang peserta mengatakan. 'Bagaimana mungkin KOMUNISME akan bersatu dengan LIBERALISME dalam menghancurkan ISLAM, sedangkan mereka berseteru satu sama lain'.
Maka sebaiknya kita bahas bagian-bagian agenda raksasa ini dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang mereka inginkan.
1. Kapitalisme
Pemikiran kapitalisme merupakan turunan dari budaya Romawi Kuno dengan Feodalistiknya didalam tubuh Masyarakat Eropa. Diera pencerahan Eropa, kapitalisme muncul kembali sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi gereja yang mengekang perkembangan science. Namun dalam perkembangannya kapitalisme tidak hanya memusuhi gereja namun juga semua agama terkecuali Yahudi.
Kapitalisme sangat intim dengan Liberalisme dan sekularisme dalam prakteknya. Dimana penganut paham ini sangat mendewakan hak milik pribadi diatas tatanan apapun termasuk agama.
Untuk mencapai kejayaan kepemilikan ini maka lahirlah penjajahan dan kolonialisme yang sasarannya adalah dunia Islam yang sedang tak berpemimpin dengan senjata utamanya bernama RIBA dan Exploitasi. Dimulailah penjajahan Eropa ke Timur tengah dan Asia pada abad ke 17.
Tokoh utama kapitalime ini adalah Adam Smith, seorang yahudi yang berasal dari Scotlandia.

Minggu, 01 Januari 2017

Peran Pemuda Dalam Menyongsong Titik Balik Peradaban (I)

(Bagian I)

Mundurnya dunia Islam berawal dari krisis percaya diri. Seperti indikasi kemunduran peradaban Turki Utsmani berawal dari tidak percaya dirinya militer Turki dengan kemampuan dan simbol-simbol militer ala Islam. Sehingga sultan Mamud II menyerukan militer Turki untuk berpakaian ala Barat dan mendatangkan para praktisi militer Prancis, Swedia, Hongaria dan inggris sebagai tenaga ahli dalam mendirikan Akademi militer dan angkatan laut. Jika dilihat lebih jauh, berarti tanpa disadari ini merupakan serah terima bibit ketangan musuh. Maka setelah itu lahirlah para prajurit bermental barat dan berseberangan dengan prinsip perjuangan (jihad islam) dan menganggap pola Jihad adalah suatu yang usang dan terbelakang. Salah satu buahnya bernama Kemal Attaturk, yang telah menghapuskan peradaban Islam hingga hari ini.

Lord Yoyd, seorang gubernur jendral Inggris di Mesir dalam sambutannya pada peresmian akademi VICTORIA (sebuah akademi khusus untuk anak-anak pejabat dan pembesar Mesir agar lebih berwawasan barat dalam 'etika' dan pola pikir) mengatakan :

“Untuk mem-barat-kan sebuah generasi disuatu bangsa tidak memerlukan waktu yang lama, cukup dengan memiliki 10 orang dosen dan mahasiswa berpotensi dan terpercaya diantara mereka”

Dalam konteks yang hampir sama, Presiden Soekarno juga pernah menyatakan:
“Beri aku sepuluh pemuda, maka akan ku guncang dunia”.