Kamis, 06 Juli 2017

Rumah Sungai Hijau gw, SOLD

Alhamdulillah

Yeay!
Diusilin taqdir itu rasanya asam, asin, pedes, MANIS. Tetep diakhir rasanya manis kok.

My Day. 14 Juni 2017, 19 Ramadhan 1438 H, Ms Aisyah resmi jadi perempuan katro, kampungan dan ga kekinian. Gimana engga, mulai tanggal itu gw ga lagi cewek pemegang CC (credit card alias kartu HUTANG) berlimit seharga mobil Ayla ter up date secara resmi, ga lagi punya cicilan (kata nya sih, tak punya cicilan lambang kemiskinan), entahlah. Dan inshaAllah bebas RIBA secara permanen (bagial ini sensitif, bukan buat Riya tapi pure gw share apa yang menjadi bagian perjalanan seorang anak manusia yang selemah gw ini. Itu aja). Sekaligus gw homeless, hahahahaha



Iya, rumah cantik gw di Sungai Hijau, SOLD. Berbekal itu gw talak TIGA sama segala bentuk riba. Menurut lu, gw sampai ketitik ini dengan senyum mengambang dan say YES???

Oh Tidak.
Rumah cantik di Green River ini gw beli saat usia gw belum lagi ¼ Abad. Saat itu gw masih cantik (ehem), girly, dan sekaligus segagah Nasaibah putri Ka'b. Sebuah rumah cantik dengan pekarangan yang luas, ditumbuhi melati yang merambat didepan jendela kamar. Bunga-bunga kecil berwarna putih mekar setiap hari ditaman depan. Rumah cantik ini berlangit-langit tinggi menghadap ke selatan. Sehingga sejuk sepanjang hari. Didepannya ibunda gw menanam pohon belimbing yang tumbuh cantik dan nangka kerdil yang ternyata buahnya sangat manis dan enak.

Rumah cantik ini dipinggir jalan utama menghadap sungai buatan yang indah, dimana sepanjang sungai itu ditanam pohon mahoni berjejer indah dan teduh. Di bulan Juni sampai Agustus pohon-pohon disepanjang sungai ini menghadiahi daun gugur yang berwarna kuning yang banyak disetiap paginya. Serupa musim gugur yang tak sempurna mungkin.

Dan ketahuilah, untuk mengikhlaskan rumah ini dijual demi tidak lagi ada ikatan apapun dengan hal-hal yang berbau ZINA dengan orang tua sendiri (ini komparasi dosa RIBA dalam ISLAM) itu tidak mudah. Gw menangis untuk menerima kenyataan itu selama bulan-bulan yang melelahkan. Lalu begitu mulai ikhlas, usaha ambruk dan tidak seorangpun yang sungguh-sungguh ingin membelinya. Nyesek. Sampai akhirnya gw menyerah dengan harga 40% lebih rendah dari harga standar. Tidak juga laku. Sampai gw bergumam, “rumah secantik ini susah kali lakunya, apa sih yang dicari orang-orang pencari rumah ini?”

Akhirnya, rumah ini terjual dengan harga diatas ekspektasi gw. Ternyata kasih sayang Allah itu benar berupa ujian, terasa sakit lalu dengan berlahannya tumbuh kesabaran maka kelak akan sampai ke pada titik berbuah lebih manis dan indah dari apa yang sanggup kita mimpikan. Rumah Cantik ini terjual diangka yang fantastis dan kriteria utama pembelinya seperti yang gw harapkan. Gw memang punya satu kriteria utama untuk calon pembeli rumah Sungai Hijau gw.

Lalu episode kontraktor pun dimulai. Ternyata juga tidak mudah dan bikin lelah. Terutama saat bertemu dengan owner yang pilih-pilih atau sepasang suami – istri yang tidak seirama dan cendrung ga sinkron.

Disana gw akhirnya mengatakan kembali:

Inshaallah, ASAP, as soon as posible, sesegera mungkin, sacapek-capeknyo. Gw harus bisa membeli rumah yang tak kalah cantik sama rumah SUNGAI HIJAU gw yang manis dan sejuk dan telah terjual itu. Dan TANPA RIBA.

You guys, my beloved sist and bro, saudara-saudari gw diluar sana, would you please to say AAMIIN.

Aamiin kan ya doa gw, semoga para malaikat mengaminkan juga buat elo semua. Lu punya harta dunia yang menyejukkan kehidupan tanpa membuat lu melarat kelak di AKHIRAT.

Say No to TIBA
and
Say YES untuk menjadi ummat yang ber DAYA secara finansial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar