Alhamdulillah
Yeay!
Diusilin taqdir itu rasanya asam, asin, pedes, MANIS. Tetep diakhir rasanya manis kok.
Diusilin taqdir itu rasanya asam, asin, pedes, MANIS. Tetep diakhir rasanya manis kok.
My Day. 14 Juni 2017, 19
Ramadhan 1438 H, Ms Aisyah resmi jadi perempuan katro, kampungan dan
ga kekinian. Gimana engga, mulai tanggal itu gw ga lagi cewek
pemegang CC (credit card alias kartu HUTANG) berlimit seharga mobil
Ayla ter up date secara resmi, ga lagi punya cicilan (kata nya sih,
tak punya cicilan lambang kemiskinan), entahlah. Dan inshaAllah bebas
RIBA secara permanen (bagial ini sensitif, bukan buat Riya tapi pure
gw share apa yang menjadi bagian perjalanan seorang anak manusia yang
selemah gw ini. Itu aja). Sekaligus gw homeless, hahahahaha
Iya, rumah cantik gw di
Sungai Hijau, SOLD. Berbekal itu gw talak TIGA sama segala bentuk
riba. Menurut lu, gw sampai ketitik ini dengan senyum mengambang dan
say YES???
Oh Tidak.
Rumah cantik di Green
River ini gw beli saat usia gw belum lagi ¼ Abad. Saat itu gw masih
cantik (ehem), girly, dan sekaligus segagah Nasaibah putri Ka'b.
Sebuah rumah cantik dengan pekarangan yang luas, ditumbuhi melati
yang merambat didepan jendela kamar. Bunga-bunga kecil berwarna putih
mekar setiap hari ditaman depan. Rumah cantik ini berlangit-langit
tinggi menghadap ke selatan. Sehingga sejuk sepanjang hari.
Didepannya ibunda gw menanam pohon belimbing yang tumbuh cantik dan
nangka kerdil yang ternyata buahnya sangat manis dan enak.
Rumah cantik ini
dipinggir jalan utama menghadap sungai buatan yang indah, dimana
sepanjang sungai itu ditanam pohon mahoni berjejer indah dan teduh.
Di bulan Juni sampai Agustus pohon-pohon disepanjang sungai ini
menghadiahi daun gugur yang berwarna kuning yang banyak disetiap
paginya. Serupa musim gugur yang tak sempurna mungkin.
Dan ketahuilah, untuk
mengikhlaskan rumah ini dijual demi tidak lagi ada ikatan apapun
dengan hal-hal yang berbau ZINA dengan orang tua sendiri (ini
komparasi dosa RIBA dalam ISLAM) itu tidak mudah. Gw menangis untuk
menerima kenyataan itu selama bulan-bulan yang melelahkan. Lalu
begitu mulai ikhlas, usaha ambruk dan tidak seorangpun yang
sungguh-sungguh ingin membelinya. Nyesek. Sampai akhirnya gw menyerah
dengan harga 40% lebih rendah dari harga standar. Tidak juga laku.
Sampai gw bergumam, “rumah secantik ini susah kali lakunya, apa sih
yang dicari orang-orang pencari rumah ini?”
Akhirnya, rumah ini
terjual dengan harga diatas ekspektasi gw. Ternyata kasih sayang
Allah itu benar berupa ujian, terasa sakit lalu dengan berlahannya
tumbuh kesabaran maka kelak akan sampai ke pada titik berbuah lebih
manis dan indah dari apa yang sanggup kita mimpikan. Rumah Cantik ini
terjual diangka yang fantastis dan kriteria utama pembelinya seperti
yang gw harapkan. Gw memang punya satu kriteria utama untuk calon
pembeli rumah Sungai Hijau gw.
Lalu episode kontraktor
pun dimulai. Ternyata juga tidak mudah dan bikin lelah. Terutama saat
bertemu dengan owner yang pilih-pilih atau sepasang suami – istri
yang tidak seirama dan cendrung ga sinkron.
Disana gw akhirnya
mengatakan kembali:
Inshaallah, ASAP, as soon
as posible, sesegera mungkin, sacapek-capeknyo. Gw harus bisa membeli
rumah yang tak kalah cantik sama rumah SUNGAI HIJAU gw yang manis dan
sejuk dan telah terjual itu. Dan TANPA RIBA.
You guys, my beloved sist
and bro, saudara-saudari gw diluar sana, would you please to say
AAMIIN.
Aamiin kan ya doa gw,
semoga para malaikat mengaminkan juga buat elo semua. Lu punya harta
dunia yang menyejukkan kehidupan tanpa membuat lu melarat kelak di
AKHIRAT.
Say No to TIBA
and
Say YES untuk menjadi
ummat yang ber DAYA secara finansial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar