Sabtu, 11 Februari 2017

Menembus Ring 1 Menuju Istiqlal (catatan Aksi 112)

Masih ingat dua gadis yang gw 'sandera' untuk ikut aksi 112 kemaren. Ternyata mereka dan gw beda tipe. Maka perjanjian jalan fix jam 5:00 dilonggarkan jadi 6:30 dan faktanya kita jalan 7:30 dari rumah. Klise, hari hujan. Tapi okelah, gw kan bukan orator diaksi 112. trus Ga mau ke stasiun pake motor, becek. Akhirnya kita nge-UBER

Berangkat, nyampe Tanahabang jam 8:15, gw ajak nge-gojek menuju istiqlal. Eh, hujan. Kalo nge-UBER lagi pasti mobil sudah ga bakal bisa sampai Istiqlal. Well, naik angkot ke RRI, trus jalan menuju Masjid Istiqlal. Karena memang tidak punya pilihan lain.
Nah, disinilah cerita menembus RING 1 dimulai.

Jumat, 10 Februari 2017

Berhasil Menyandera Dua Gadis

Yippe!!!!

Fix, besok gw sama dua akhwat yang awalnya ragu-ragu gitu buat ikut aksi 112, berangkat. Mayan, dapat tambahan massa dua orang.
Biarlah para kapolda itu macam para kasim (laki2 yang udah dipotong kelamin) naik syahwat. Merepet mau penjarakan ulama, periksa para kiai atau kriminalkan pejuang agama. Takdir Allah ga akan tertukar. Kalo emang taqdir nya kita akan mendekam dipenjara ya dipenjara aja. Mungkin bukan kasus video bawa bendera tauhid, tapi video mesum. Mungkin bukan kasus disertasi membahas pancasila tapi kasus papa minta saham atau papa minta kawin. Semua sudah ditentukan alur nya.
Jadi besok kamu, kamu dan kamu. Ikut aksi 112 ya....
Jangan lupa, perjuangan ini kudu totalitas, tidak hanya ramein aksi tapi ramein juga permintaan kepada Nya. Agar bahu kita kuat memperjuangkan deen ini, sehingga kita ga jadi generasi yang TERTUKAR, lalu ditukar Allah sama generasi yang pundaknya lebih kokoh untuk agama ini.
See you my gils!

Sepintas Nonton RTv

Sambil lewat tadi gw lihat ultimatum kapolda jabar untuk Habib Rizieq. Katanya
"Kalau sampai malam ini max jam 00:00 dia masih tidak datang untuk diperiksa, maka KAMI akan jemput paksa"
Ekspresi kapolda ini kayak ISTRI yang baru nemuin BUKTI VALID suami SELINGKUH . Sadis, penuh dendam, amarah dan sekaligus tertekan.
Astagfirullah, mari kita istigfar bersama. Dan mari kita ingat-ingat. Bagaimana dulu mujahid dan syuhadah kita merebut kemerdekaan dari agresor BELANDA. Setelah 350 tahun tho kita bisa. Dan penjajahan Komunis ini belum se kristal itu. InshaAllah kita bisa.
Dulu tuanku Imam Bonjol, Pangeran diPonegoro, Sultan Hasanuddin dan sebutkanlah para mujahid besar bangsa ini. Mereka juga dibunuh, dibuang, dipenjara. Surutkah perjuangan itu?
Kalau mau menapak tilas bagaimana derita Pangeran diponegoro dalam penjara, sesekali kawan berkunjunglah ke museum Fatahillah, kota Tua Jakarta. Lihat ruang bawa tanah dibangunan itu. Disitulah penjara masa lalu. Masih ada marbel2 beton dan rantai yang melekat kekaki beliau berserakan disana. Kini.

Kamis, 09 Februari 2017

Mabok Kopi (Emang Bisa)?

Seumur-umur gw minum kopi pertama kali kayanya di Waerebo, Flores. Sebagai penghormatan ke tuan rumah yang menyuguhkan kopi Flores yang konon katanya masuk kategori kopi teryahut di Indonesia. Kopi disuguhkan dalam gelas porselin putih dengan piring tadahan senada, disamping gelas terletak sendok kecil yang terlihat tidak murahan, kopinya hitam pekat tanpa gula. Gulanya disuguhkan dalam toples kaca imut dan manis.
Asli, pertama kali nyentuh gelas kopi hitam itu gw deg-degan. First experience dude!
Gw ga ngerti tuh gula dan kopi yang dipisah, setau gw waktu amma bikinin kopi buat appa zaman kecil dulu itu ya gula dan kopi dah diseduhin bersamaan. Begitu terhidang yang tinggal seruput. Jadi gw ciduk tuh seujung sendok kecil kopinya, langsung. Astaga, PAIT. Lebih pait dari masa lalu. Dan gw muntah.